tentang

perihal aku yang turun dari gerbong kedua, perihal kau melihat aku duluan dari tempat duduk warna oranye, kau sigap berdiri, kau tau mata kita saling sapa. padahal ini pertemuan pertama. perihal aku yang memakai riasan wajah karna hari itu lucunya aku pun pulang dari bertemu orang, yang dari awal tatap bisa kunilai bahwa orang tersebut ingin aku tapi bukan dia yang aku ingin. perihal aku memilih menyempatkan bertemu dengan kau, membuang cerita bualan tentang orang tersebut yang menggerutu karna aku telat datang, katanya, padahal dia yang sampai duluan, 4 jam lebih dulu. jadi salah siapa? bodo amat. kembali lagi ke perihal aku tersadar, celana pendekmu, baju hitam panjangmu, rambutmu yang tergerai, sendalmu, dan wajahmu yang langsung tersenyum itu. menenangkan. menenangkan sampai buat aku lihat ke belakang sana, apa ada badai menunggu? virus mematikan untuk lagi-lagi menggenosida isi kepala, isi hati kau dan aku, yang kau dan aku tahu pasti dari kedipan mata kita pertama kali bahwa kita, bahwa kita seketika hidup? seketika menginginkan hidup lebih lama lagi? perihal kita saling menyadari bahwa bahaya jika kita bersama, sama-sama memikul beban lebih dari 700 kilogram, enggan menyerahkan satu sama lainnya. perihal bahwa aku tahu kau tanya dan jawab sekaligus yang selalu aku cari dan aku temukan. perihal waktu yang berhenti, sedetik, dua detik, tiga detik. perihal cerita yang selalu ingin ku lanjut. perihal kau.

You May Also Like

0 comments