pajak ditanggung pembeli

"rumahku tak layak huni"
sayang, mungkin benar memang,
pun aku melihatnya,
sofa yang rusak, kasur acak-acak, bercak-bercak darah berlumuran di pisau dapur,
gantungan-gantungan tali yang langsung kusimpulkan bahwasanya penghuni sebelumnya mencoba beberapa kali bunuh diri, merasa kalut karena jahat katanya.

aku masih berjalan menyusuri rumahmu,
perlahan melihat album-album foto, kuraih satu foto, penghuni rumahmu dan senyummu tertinggal di sana, pun senyumku tak ku perintah untuk segera melengkung,
kamu pernah bahagia, dan aku cukup bahagia mengetahuinya

aku masih menyisir tiap sekat rumahmu,
aku menemukan sudut di mana merah lipstik bibir penghunimu mengisi satu dinding luas, dengan warna merah berbeda-beda, haus akan sayangmu, dekapanmu,
yang ini malam natal
yang ini malam ulang tahunnya
yang ini tahun baru
aku mendikte tiap erangan penghunimu,
menghitung bahwa disetiapnya ada yang selalu berada di sana: kamu dan kamu bahagia

terdiam aku di ruang tengah, melihat langit-langit, membayangkan jutaan memori yang ada di dalam rumahmu ini yang mustahil, sekali lagi, mustahil bisa aku ganti semudah mengganti bohlam ruang tengahmu ini, semua ini milikmu dan penghuni sebelumnya, aku hanya calon pembeli yang jatuh cinta

"rumahku tak layak huni"
aku sesegera mungkin ke luar, bergegas mencari kamu,
dengan segenap harta yang aku miliki saat ini,
dengan perasaan takut luar biasa namun tetap perasaan sayang yang menang,
aku menatapmu yakin,
sangat yakin hingga aku takut sendiri bisa seyakin ini,
aku berbisik di telinga kananmu,

"saya beli rumahmu ini, saya bayar 2 kali lipat, saya mau tinggal di sini."

You May Also Like

0 comments